14 April 2008
AIDS Bukanlah Vonis Mati
[SatuDunia] Pada masa awal penemuan HIV/AIDS, tahun 1980an, mengidap penyakit tersebut dianggap mendapat vonis mati. Belum ada obat yang ampuh untuk melawan HIV/AIDS. Kini, 20 tahun sesudah masa itu, obat-obatan berkembang dengan pesat sehingga dapat memperpanjang usia orang dengan infeksi HIV. Jika ada akses terhadap ARV dan terhadap monitoring kesehatan, tidak ada alasan bagi penderita HIV/AIDS untuk tidak hidup panjang. HIV/AIDS bukan lagi harga mati. Namun patut disayangkan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pencegahan HIV/AIDS tidak disertai dengan sosialisasi dan pemahaman yang cukup kepada masyarakat. Akibatnya, muncul mitos yang beredar di kalangan masyarakat. Dampaknya, pencegahan dan penanganan HIV/AIDS menjadi susah karena adanya mitos yang dipercaya masyarakat. Mitos mengenai pengobatan Sangatlah sulit bagi dokter untuk membuat resep pengobatan anti-HIV (ARV) yang terbaik bagi pasiennya. Ketika pertama dikembangkan, obat-obatan HIV harus dikonsumsi tiga kali sehari. Bahkan, obat-obat tersebut mempunyai ketentuan sulit dalam hal penyimpanan. Selain itu juga jenis makanan apa yang harus dikonsumsi berbarengan dengan obat tersebut. Untuk meminum obat berapa lama seorang pasien harus menunggu—setelah makan. Beberapa persoalan itu sampai kini masih menjadi mitos meskipun dalam perkembangannya, ARV lebih fleksibel dan memudahkan pasien. Hingga sekarang masih ada mitos bahwa seorang positif HIV/AIDS harus meminum obat persis tiap 12 jam atau 8 jam atau 24 jam. Pada kenyataannya, medikasi modern bersifat fleksibel dan memberikan kelonggaran. Secara teoritis, obat tidak akan berhenti bekerja meskipun dikonsumsi telat lebih dari satu atau dua jam. Akan tetapi akan lebih baik jika diminum tepat waktu karena kadar obat dalam darah akan paling konsisten jika diminum secara reguler setiap harinya. Sebagai catatan, toleransi waktu harus menjadi perhatian untuk penderita yang mengkonsumsi Crixivan® (indivanir) tanpa ritonavir. Mitos yang juga merepotkan bagi penderita adalah tentang harus mengkonsumsi 100% dosis anda tepat waktu atau obat akan tidak efektif. Memang sangat penting untuk mengkonsumsi obat-obatan AIDS secara tepat. Hal ini karena pada dasarnya, jika kelewatan lebih dari 5% dari dosis anda, HIV menjadi lebih mudah untuk menjadi resisten. Selain itu, kemungkinan HIV untuk bereplikasi menjadi lebih besar walaupun telah mengkonsumsi ARV. Namun demikian, 100% kepatuhan sangatlah tidak mungkin bagi kebanyakan orang. Cobalah yang terbaik dan pastikan dokter anda mengetahui apa yang terjadi. Mitos lain yang bisa menghambat proses pengobatan diantaranya pemahaman bahwa obat-obatan masa kini sedemikian kuatnya sehingga penderita bisa berhenti sejenak mengkonsumsi obat (libur obat) tanpa ada masalah. Memang benar, sejak obat-obatan AIDS pertama kali dikembangkan, para pasien telah ingin berhenti mengkonsumsinya. Mereka beralasan, efek samping yang ditimbulkannya dan meminum obat akan mengingatkan mereka akan penyakit AIDS yang dideritanya. Faktanya, berdasarkan penelitian mengenai "jeda pengobatan" dinyatakan bahwa dengan menghentikan ARV justru akan menimbulkan masalah. Jeda pengobatan akan memberikan kesempatan kepada virus untuk bereplikasi. Akibatnya, jumlah sel CD4 dapat anjlok yang berarti adanya penurunan terhadap imunitas tubuh. Mitos lain yang sangat mengganggu dalam upaya pengobatan HIV/AIDS adalah bahwa obat AIDS merupakan racun yang lebih berbahaya daripada virus HIV. Memang, pada waktu pertama kali ditemukan, obat AIDS belumlah sempurna. Obat-obat tersebut tidak sebagus obat-obatan masa kini. Pada masa pertamakali ditemukan obat, orang meninggal akibat keadaan meminum obat yang berhubungan dengan AIDS. Benar bahwa beberapa orang mengalami efek samping yang sangat berat dari medikasi AIDS. Seiring perkembangan jaman, obat tersebut dikembangkan dengan lebih baik. Sebagai contoh, tingkat kematian akibat AIDS di Amerika telah turun hingga 80% berkat obat-obatan tersebut. Para peneliti bekerja sangat keras untuk membuat pengobatan HIV lebih mudah dan aman untuk dikonsumsi. Kini, sudah bukan masanya lagi kita percaya pada mitos. Mitos yang tidak teruji kebenarannya hanya akan menyesatkan pola pikir masyarakat dan justru menghambat pengobatan HIV/AIDS. (disarikan dari http://www.odhaindonesia.org/)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar